Senin, 17 Desember 2012

Emergency (repost : 19 Oct)

Teringat kejadian setahun yang lalu, pas masih di semester empat. Pas itu kita setutorial lagi acara jalan2 naik sebuah travel mobil APV, ke wonogiri dalam rangka menghilangkan penat pasca selseinya perkuliahan dan ujian semester empat. Ke suatu pantai di Wonogiri yang memang eksotis banget. Bener2 bisa have fun bareng temen, teriak2 di pantai melepaskan kepenatan kuliah yg subhanallah bangett....:D, puass maen2 pasir, maen aer, naek bukit melihat luasnya samudra selatan.Karena disana tempatnya memang benar2 terpencil sampai2 matahari tenggelem kita belum mendengar suara adzan, padahal aku yakin sudah saatnya masuk maghrib akhirnya aku putuskan saja menjamaa'. Karena hari semakin gelap dan engga ada saluran listrik yang menyala di sekitar situ buru2 kita meninggalkan tempat itu.

Karena sangat kecapekan, para penumpang (kita2) perjalanan pulang dlm keadaan lelap. Tiba2 mobil ngerem mendadak, dan ternyata oh ternyata, ada kakek2 bersepada onthel yg menyebrang dengan santainyai mobil, menyaksikan apa yg telah terjadi. Innalillahi wainna ilaihi raaji'un....

Kakek yg bersepada tadi terkapar tak berdaya bersama sepeda onthelnya tepat di depan mobil kami. Kepalanya berlumuran darah. Ya Allah...engga tepa kami melihatnya..

1 hal yang kontradiktif saat itu adalah,
faktanya bahwa kami para penumpang adalah mahasiswa kedokteran kesemuanya. Dan yang kami lakukan saat melihat korban berlumuran darah tak sadarkan diri di depan mata adalah berteriak histeris, gigit jari, berlumuran air darah eh air mata, berpelukan satu sama lain...aduuhh...parah! dokter apaan kaliand ini....OMG...

Akhirnya, ada masyarakat sekitar yg memberanikan diri untuk mengangkat korban! Lhoohh, pak kok maen angkat gituuu....Aduuuhh,

Ternyata di semester tujuh inilah kami mempelajari detail trauma kegawatdaruratan medis semacam ini. Blok Traumatologii....Trauma thorak, trauma kapitis, trauma vertebra, trauma ekstremitas...
Setiap kali dosen menjelaskan tentang manajemen penanganan kasus semacam ini, pikiranku langsung lari ke kejadian setahun yg lalu di Wonogiri. Kalo berdasarkan teori yang aku dapat dari blok ini, yg harus kita lakukan pada pasien semacam ini adalah "Basic Life Support" :

1. Airways, bebaskan jalan napas, pada kasus biasa tanpa dicurigai adanya cidera servikal biasa dengan melakukan head tilt, chin lift, jaw thrust atau triple airways manuever. Khusus kasus dengan curiga cidera servikal (ex: pasien ga sadar, ada luka di leher, perdarahan di sekitar leher) hnya dilakukan jawthrust saja. Kaya kasus ini misal, jelas2 darahnya dari sekitaran leher.

2. Breathing, kalo susah nafas kita bisa bantu pernafasan dengan metode mouth to mouth or mouth to nose.

3. Circulation, cek nadi kalo ga ada circulasi darah, bisa ita lakukan pijat jantung atau kompresi dada

4. Dissability, cek kesadaran

5. Exposure, lihat seluruh permukaan tubuh pasien daerah mana saja yg ga fisiologis.

Beberapa hal yg perlu dievaluasi dari apa yg telah terjadi 1 tahun yang lalu :
1. Pasien yg jelas2 dicurigai cidera servical dengan seenaknya diangkat dan dipindahkan tempat dengan hanya satu orang (asal bopong). Harusnya pasien seperti ini segera diberikan collar brace buatan, bisa dengan batang pelepah pisang, kardus ataupun apapun yg bisa menopang lehernya.Tujuannya agar lehernya tetap terfiksasi, immobilisasi, soalnya disitu daerah rawan, letak batang otak pusat kehidupan.hoho
2. Teknik ABC harus diterapkan terlebih dahulu sebelum pasien diberi perlakuan apapun. Lhah, dulu itu saking o'onnya, pasien kok langsung maen angkat aja
3. Setelah dibawa ke puskesmas terdekat, apa yg dilakukan tenaga medis disana?? pasien diangkat secara ngawur ke bed, setelah tenaga medis (aku ga tau dia perawat atau dokter) melihat keadaan pasien, spontan aja menyuruh membawa pasien ke RSUD. Aduhh duhh....aturan kan kasih pertolongan pertama dulu, tapi yaa...brngkali tenaga medisnya juga rada takut kali ya, soalnya memang bener2 kasus kegawatdaruratan. skip..
4. mahasiswa kedokteran yg hanya melihat dan menonton kejadian dengan blo'onnya, tdk melakukan sesuatu karena memang seakan2 teori yg kita pelajari lari juga kayaknya yaa...
Huhh, jauhnya perjalanan beriringan denga datangnya malaikat Izrail mengelilingi mobil kami yg membawa kakek2 tadi. Sesampai RSUD yg jaraknya lumayan puluhan kilometer, sudah dipastikan nyawa kakek tadi tidak terselamatkan.


Innalillahi wainna ilaihi raaji'unn..
#Seketika curhat via sms, dan himah yg bisa kita ambil adalah tidak selamanya kemudahan datang setelah kesulitan, terkadang kesulitan datang setelah kemudahan. Karna mungkin makna dari inna ma'a yusri yusron adalah bahwa keduanya jalan beriringan...ada kesulitan juga ada kemudahan. Wallahu a'lam...
Sekian, akhir yg memilukan :(

2 komentar:

fauziyah mengatakan...

turut sedih,,

eMHa Muflihatul Ulfa mengatakan...

iya swin..kasian kakeknya, harus berakhir lwt mobil kami.. hiks...
Allohummaghfirlahu...