Jumat, 23 September 2011

Mentadabburi Ayat'NYA

bismillahirrahmanirrahimm
..sudah lama tidak mengisi blog ini. Sebenarnya banyak sekali yang mau dituliskan, tapi mungkin tidak terlalu layak untuk di publish, jadi hanya mengendap di draft saja...hehe. Okelah...sekarang waktunya berbagi, tentunya sesuatu yang pantas untuk dibagi....ck.ck..

Mentadabburi ayatNYA...
Seperti kita tahu bahwa Allah SWT memiliki 2 ayat yang menjadi rujukan segala macam ilmu pengetahuan. Yaitu ada ayat kauniyah dan ayat qouliyah.... sejatinya semua ilmu yang ada di muka bumi ini bersumber pada kedua hal tadi. Ayat kauniyah adalah alam semesta, dan qauliyah adalah Al-qur'an yang merupakan wahyu Allah SWT. Kalau menurut Mbah Kuntowijoyo, ada satu lagi macam ilmu, yaitu ilmu nafsiyah yang berasal dari diri manusia itu sendiri (coba baca QS Fushilat 53).

Apa saja yang kita pelajari di bangku kuliah maupun di sekolah dulu merupakan terjemahan dari apa yang ada di dalam Al-Qur'an. Banyak sekali bukti-bukti sains saat kita benar-benar bisa mengambilnya ataupun mentadabburi ayatNYA... bisa dengan memperhatikan alam sekitar kemudian kita cocokkan dengan apa yang ada di Al-Qur'an atau kita belajar dari Al-Qur'an yang kemudian kita melihat pada realita.

Mentadabburi ayat Qouliyah (Al-Qur'an)

Dalam QS Al-Furqon ayat 30 disebutkan bahwa :

Berkatalah Rasul: “Ya Rabb-ku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”

Kekecewaan Rasulullah telah diabadikan dalam ayat tersebut diatas. Dan memang ketika kita melihat kenyataan yang ada sekarang banyak ummat islam yang acuh tak acuh dalam memanfaatkan Al-Qur'an sebagaimana terjadi pada ahlul kitab. Seperti juga kebanyakan ahlul kitab, ummat islam hanya memahami Al-Qur'an tak lebih dari memahami dongengan belaka. (baca QS Al-Baqoroh 78 ya...)

Ada 2 macam pola dalam beriinteraksi dengan alQur'an, yaitu interaksi dengan cara sesuka kita dan interaksi dengan cara yang disukai Al-Qur'an. Untuk pola yang pertama jelas salah, untuk pola uang kedua ini yang dianjurkan. Kita berinteraksi dengan cara yang disukai Al-Qur'an. Tidak hanya sekedar sebatas penghormatan yang bersifat simbolis saja, tapi lebih dari itu.

Al-Qur’an adalah Hudalinnas (petunjuk bagi manusia) sebagai wujud kasih sayang Allah supaya manusia tidak tersesat. Petunjuk al-Qur’an itu tidak akan berfungsi kalau kita tidak bisa memfungsikan, artinya al-Qur’an tidak akan mendapatkan petunjuk itu dengan sendirinya tanpa berusaha menggalinya dan mendialogkan pada problematika kehidupan

Jika al-Qur’an dibaca atau dihafal saja tanpa tahu maksud dan berusaha memahaminya dengan membacakan dengan realitas yang ada, maka al-Qur’an tidak berpengaruh pada kehidupan. Oleh karena itu dengan anugrah akal yang dimiliki oleh manusia, harus digunakan secara tepat dan benar dan semaksimal mungkin dalam memahami pesan langit atau kalamullah yaitu al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an mampu menjadi syifa’ (obat) atau pemberi jawaban yang menjadi solusi problem ummat.

Oleh karena itu, mari kita mentadabburi Al-Qur'an. Tadabbur artinya memandang kepada akibat sesuatu dan memikirkannya. Mentadabburi perkataan maksudnya memperhatikannya dari permulaan hingga akhir, kemudian mengulangi perhatian itu berkali-kali.

Oleh karenanya, ada yang mengatakan, bahwa kata tadabbur itu berasal dari pengertian memandang kepada bagian-bagian akhir berbagai urusan serta akibat-akibatnya, atau dengan kata lain memandang sesuatu dibalik sesuatu dan memahami akibat yang akan ditimbulkannya. Contohnya memperhatikan perkataan, sebagaimana firman Allah Ta’ala, ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami)....” (Al-Mu’minûn: 68)

Menurut Ibnul Qayyim, makna dari tadabbur yakni “Menajamkan mata hati terhadap makna-makna al-Qur’an, dan memusatkan pikiran untuk merenungi dan mempelajarinya.”

Sedang menurut Ulama lain, tadabbur yaitu “Berpikir mendalam dan menyeluruh sampai kepada kandungan makna yang paling dalam dan tujuan-tujuannya yang terjauh.”

Perumpamaan tadabbur Al-Qur'an yaitu ibarat orang mencari mutiara di dasar samudera, ia harus menyelam dan membongkah batu-batu karang di dasar kedalaman samudera itu, begitulah orang bertadabbur, bersungguh-sungguh, membaca, mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan al-Qurán.

Hasan al-Bashri mengatakan, “Demi Allah, tadabbur Al-Qur’an bukan dengan menghafal huruf-hurufnya namun mengabaikan batasan-batasan-hukum-nya, sehingga ada yang mengatakan, ‘Aku telah membaca semua Al-Qur’an’, namun Al-Qur’an tidak terlihat pada akhlak dan amalnya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, jld. VII, hlm. 64, cet. Thayyibah).

Kenapa harus mentadabburi Al-Qur'an??

Karena tadabur adalah pola interaksi yang diinginkan dan disukai al-Qurán dari siapa saja yang ingin dapatkan mutiara-mutiaranya. Interaksi dengan cara yang disukai oleh Al-Qur'an telah disebutkan dalam QS. Shaad [38] : 29.

“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

Ada 2 tujuan utama tadabbur al-Qurán :

  1. Agar dapat merasakan secara langsung hakekat kebenaran bukti bahwa al-Qurán adalah firman Allah dan mukjizat terbesar nabi Muhammad saw.
  2. Dengan Tadabbur akan terbuka kunci-kunci qalbu yang selama ini tertutup, karena Qalbu adalah alat paling utama untuk dapatkan pesan-pesan al-Qurán.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”

(an-Nisâ’ [4]: 82)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”.

(QS. Muhammad [47]:24.)

Dan ketika kita memperhatikan alam sekitar serta mentadabburi ayat-ayatNYA....

..........bukan hanya apa yang terindera semata, tetapi kebenaran empiris adalah apa yang disampaikan Allah SWT dan RasulNYA, walau kadang tak terindera.

QS. Shaad [38]