Minggu, 02 Oktober 2011

Cerebellum ^^

Gerakan tubuh yang tepat dan halus selalu membutuhkan koordinasi dari berbagai organ Suatu gerakan volunter akan melibatkan cerebellum, sistem penglihatan, system motorik, sistem sensorik. Cerebellum melakukan pengaturan kerja otot, sehingga terjadi kontraksi otot yang tepat pada saat yang tepat.

Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dart lobus oksipitalis serebri.

Serebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda, yang diperkirakan terbentuk secara berurutan selama. Bagian-bagian ini memiliki sendiri rangkaian masukan dan keluaran dan dengan demikian masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.

1. Vestibuloserebelum

Penting untuk mempertahankan keseimbangan dan mengintrol gerakan mata

2. Spinoserebelum

Mengantur tomus otot dan gerakan volunteer yang terampil dan terkoordinasi. Sewaktu daerah-daerah motorik korteks mengirim pesan-pesan2 ke otot-otot untuk melaksanakan gerakan tertentu, spinoserebelum juga diberi informasi mengenai perintah motorik yang diinginkan. Selain itu, daerah menerima masukan dari reseptor-reseptor perifer yang memberitahui mengenai apa yang sebenarnya terjadi berkaitan dengan gerakan dan posisi tubuh. Peran spinoserebelum dalam mengkoordinasikan aktivitas motorik fasik-cepat spinoserebelum membandingkan “maksud” dari pusat-pusat motorik yang leih tinggi dengan “kinerja” otot-otot dan mengoreksi setiap “kesalahan” dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk melaksanakan gerakan yang didinginkan.

3. Serebroserebelum

Berperan dalam perencanaan atau inisiasi aktivitas volunteer dengan memberikan masukan ke daerah-daerah motorik korteks. Bagian ini juga merupakan daerah serebelum yang terlibat dalam ingatan procedural.

Cerebellum danggap sebagai Head Ganglion dari system proprioseptif, karenanya dia berfungsi :

  1. Mengatur tonus otot skelet
  2. Mengontrol aktivitas otot sadar
  3. Mengatur postur dan keseimbangan tubuh

Secara filogenetik, serebelum dibagi atas 3 bagian besar :

Archiserebelum (lobus flokulonodular) secara filogenetis merupakan bagian tertua

Paleoserebelum (Spinocerebelum)

Neocerebelum (Lobus posterior)

LESI CEREBELLUM

A. Lesi di neocerebellum dapat memberikan gejala-gejala sebagai berikut :

  1. Hipotonia : otot kehilangan kemampuan untuk melawan jika otot dimanipulasi secara pasif. Pasien akan berjalan sempoyongan. Disebabkan oleh karena hilangnya pengaruh fasilitas cerebellum terhadap stretch reflex.

2. Disequilibrium :kehilangan keseimbangan oleh karena tak ada kordinasi kontraksi otot skelet.

3. Dissynergia :kehilangan koordinasi kontraksi otot, meliputi :

- Disarthria : bicara cadel

- Distaxia : tak bisa mengkoordinasikan kontraksi otot skelet

- Dismetria : salah menafsir jarak, disebabkan karena kontraksi otot tidak di rem oleh otot-otot antagonis. Tak mampu menghentikan gerakan pada titik yang diinginkan.

- Disdiadokokinesis : tak mampu mengubah gerakan dengan cepat, disebabkan karena adanya kontraksi dan relaksasi yang lambat atau berlebihan.(ex: dari fleksi ke extensi)

- Intentio Tremor : tremor di tangan bila hendak melakukan sesuatu gerakan bertujuan. Tremor ini terjadi karena ada gangguan dalam koordinasi gerakan, penderita sadar dan berusaha untuk mengoreksinya. Tremor ini lebih tepat disebut sebagai tremor ataksik.

- Titubasi : tremor yang ritmis pada kepala dengan kecepatan 3-4 kali per menit dapat menyertai lesi cerebellum bagian tengah.

- Nystagmus : bola mata distaxia kiri dan kanan, karena suatu iritasi vestibuler fiber atau oleh karena penekanan nucleus vestibuler.

- Gangguan pada mata : bisa berupa skew deviation dimana terjadi deviasi ke atas dan keluar dari bola mata pada sisi yang berlawanan dengan lesi dan deviasi ke bawah dan ke dalam dari bola mata pada sisi lesi.

- Gerakan Rebound : ketidakmampuan mengontrol gerakan. Contoh: kalau lengan bawah difleksikan dengan pasif, kalau dilepas lengan tersebut akan memukul dada.

4. Sindroma Hemisphaerum cerebellaris : rusak satu hemisphaerum cerebella

Gejala : Distaxia dan hipotonia anggota badan ipsilateral

Etiologi : Neoplasma dan infark

5. Sindroma vermis rostralis : rusak lobus anterior

Gejala : Distaxia kaki dan truncus

Etiologi : Keracunan alkohol, terjadinya degenerasi bagian anterior vermis

6. Sindroma vermis caudalis : rusak lobus posterior dan flocculonodularis

Gejala : Distaxia truncus sehingga tak mampu berdiri tegak dan nystagmus

Etiologi : Tumor

7. Sindroma pancerebellaris : rusak pada kedua hemisphaerum cerebellaris

Gejala : Bilateral distaxia, Disarthria, Nystagmus, Hipotonia

Etiologi : Degenerasi, Multiple sclerosis, Keracunan alkohol

B. Lesi di paleocerebellum dapat memberikan gejala-gejala gangguan sikap tubuh dan tonus otot.

C. Lesi di archicerebellum dapat memberikan gejala-gejala berupa ataksia trunkal, yaitu dimana penderita bila disuruh duduk tampak badannya bergoyang. Disamping itu dapat juga memberikan gejala berupa vertigo dimana penderita merasa sekitarnya atau badannya bergoyang.

CARA PEMERIKSAAN

Tes telunjuk-hidung : Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa pada jarak 20-30 cm di depannya keujung hidung penderita.

2. Tes tumit-lutut : Tumit tungkai kiri ditaruh di lutut tungkai kanan lalu tumit menelusuri tibia ke pergelangan kaki (sebaliknya).

3. Tes Disdiadokinesis : lengan penderita disuruh pronasi dan supinasi dengan cepat atau ibu jari disuruh menyentuh jari-jari lain secara berurutan dan bolak-balik

4. Tes fungsi :kancingkan baju, ambil beberapa uang logam di meja, menulis

Sumber :

http://dc364.4shared.com/doc/_F7Px9Vm/preview.html

http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/cerebellum/

http://www.indonesianrehabequipment.com/2011/07/anatomi-dan-fungsi-serebelum.html

Sheerwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Se ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

1 komentar:

Eeeee mengatakan...

Trs penyembuhannya gmn mbak, soalnya paman saya penyakitnya seperti it,,,,