Kamis, 13 Oktober 2011

Yakin dan Tawakkal

Ba'da maghrib tadi ada kajian rutin di pesma tercinta, seperti biasa malam jum'at kita mengaji kitab Riyadhushsholihin dibimbing ust Mu'inudinillah. Kali ini yang dibahas adalah bab Yakin dan Tawakkal. Sedikit berbagi aja....dalam kitab yang dikarang oleh Imam Nawawi ini disebutkan definisi dari yakin yaitu percaya dengan sangat seakan kita melihat dg mata kepala sendiri apa yang dijanjikan oleh Allah SWT. Kita yakin dengan adanya surga, neraka maupun yakin dengan janji-janji Allah SWT yang lain.
Yakin
Allah Ta'ala berfirman: "Setelah orang-orang yang beriman itu melihat pasukan serikat - musuh - mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah dan RasulNya itu berkata benar. Hal yang sedemikian itu tidaklah menambahkan kepada orang-orang yang beriman tadi melainkan keimanan dan keislaman mereka." (al-Ahzab: 22)
Pada suatu perang yang
dimana Rasulullah beserta orang-orang islam akan diserang oleh musuh kafir Quraisy yang berjumlah ribuan, tidak gentar sedikitpun pasukan umat islam. Bahkan ketika mereka mengetahui jumlah pasukan musuhnya yang benar-benar tidak imbang dengan jumlah mereka kala itu. Akan tetapi saat mereka melihat musuh telah datang mengepung mereka, maka bertambah yakin kemenangan yang dijanjikan Allah SWT sudah dekat, serta bertambah pula lah keislaman mereka. Itulah yakin, sebenar-benar yakin, percaya sepenuhnya seakan-akan kita melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dijanjikan oleh ALLAH dan RasulNYA.

Tawakkal
Allah Ta'ala berfirman pula: "Para manusia berkata kepada orang-orang yang beriman itu: "Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk melawan engkau semua, oleh karena itu takutlah kepada mereka." Tetapi hal itu makin menambah keimanan mereka. Mereka menjawab: Allah cukup menjadi pelindung kita dan sebaik-baiknya yang dijadikan tempat bertawakkal"
Ketika terjadi perang Uhud, sesudah peperangan usai, Abu Sufyan naik ke atas puncak Gunung Uhud seraya berteriak dengan suara keras, “Peperangan berakhir dengan seri, Perang Badar dengan perang Uhud. Pujalah Dewa Hubal, agamamu telah menang!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Umar, jawablah mereka dan katakanlah, ‘Allah Maha Agung. Mayat orang-orang kami di surga dan mayat orang-orang kalian di api neraka”.
Sesudah Umar menjawab pertanyaannya, Abu Sufyan berkata kepadanya, “Wahai Umar, mari Anda ke sini!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada Umar, “Hampirilah, Umar! Apa maunya?”
Umar pergi menghampirinya, lalu Abu Sufyan bertanya, “Saya mohon kepadamu, wahai Umar apakah pasukan kami telah membunuh Muhammad ?”
Umar menjawab, “Demi Allah, tidak. Dia mendengar bicaramu itu hingga kini”.
Ia lalu berkata dengan tegas: “Saya lebih percaya kepadamu daripada Ibnu Qamiah, yang mengatakan ia telah berhasil membunuh Muhammad!”
Sewaktu ia akan kembali pulang, Abu Sufyan mengatakan lagi, “Kita akan bertemu lagi di tahun yang akan datang di Badar”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan salah seorang sahabat untuk menjawab tantangan Abu Sufyan itu, “Katakanlah kepadanya, kami akan sambut tantanganmu”.
Ketika itu kaum muslimin sangat yakin dengan kemenangan yang akan mereka terima, meskipun sejatinya jumlah mereka sangatlah sedikit. Dan akhirnya dalam perang tersebut Allah SWT membuktikan janjiNYA.
Tawakkal yang diperintahkan oleh agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berdaya-upaya dan berusaha serta bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu masih juga hilang umpama dicuri orang, maka dalam pandangan agama orang itu sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang. Hal yang semacam itu pernah terjadi di zaman Rasulullah s.a.w., yaitu ada seorang sahabatnya yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan lain-lain, lalu ditinggalkan.

Beliau s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah s.a.w. tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda:
Artinya: "Ikatlah dulu lalu bertawakkallah." Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih dulu adalah salah dan keliru menurut pandangan Islam.
Dalam mengejar cita-cita, diperlukan adanya sifat kesabaran, disertai sifat tawakkal ini. Karena yang menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu maksud itu hanyalah Allah SWT. Seberapa besar yang dicita-citakan, sebesar itu pula sabar dan tawakkalnya, misalnya ingin menjadi seorang yang alim, ingin memajukan agama, ingin mewujudkan cita-cita kita maka harus disertai usaha, atau ikhtiar yg gigih kemudian bersabar dan bertawakkal. Setelah bersabar dan bertawakkal wajib pula disertai doa, memohon kepada Allah semoga yang dicita-citakan itu berhasil, jangan bosan-bosan berdoa dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan. Insya Allah.

Tidak ada komentar: