Minggu, 24 Juli 2011

-secuil kisah masyarakat di kampungku- (part 2)



Masih dari balik kursi baris ketiga, rombongan bis tujuan Ponorogo....

...Ahh perjalanan masih jauh, masih harus melewati bukit-bukit, tikungan-tikungan jalan jalanan menuju Purwantoro.....dan cerita dari bulekku pun masih mengalirr, bercengkerama sambil menikmati senja yang mulai datang.

Kali ini yang aku tuliskan cerita tentang kebiasaan masyarakat di kampungku.....dan yang ini terus terang aku sangat tidak setuju. Tentang budaya becekan,.. becekan itu budaya untuk memberikan bingkisan untuk keluarga yang sedang mengadakan walimah arsy. Tidak hanya sekedar memberikan bingkisan saja, tapi juga harus tercatat rapi, karena mereka 'seakan' wajib bin harus mengembalikannya. Kamu paham maksudku??. Misal saja keluarga A sedang mengadakan walimah putrinya, kemudian keluarga B melakukan becekan berupa beras x kg, gula x kg uang sekian ribu. Nhah nanti ketika keluarga B mengadakan walimah, maka keluarga A ' wajib' mengembalikannya sebesar yang ia terima dari keluarga B. Walahhhh...Itumahh namanya minjem....menurutku. Ahh......dari dulu keluargaku memang tidak pernah setuju praktek budaya semacam ini, karena pemberian yang diberikan itu jauh dari kesan ikhlas, makanya tiap kali mengadakan walimah, tradisi di kalangan keluargaku tidak pernah mengadakan becekan.

Gara-gara tradisi seperti ini, ada tetanggaku yang akhirnya harus menanggung hutang ratusan ribu. Pasalnya saat pernikahan putrinya ia percaya bahwa becekan yang akan ia terima bisa mengembalikan modal yang dipakai untuk menyelenggarakan walimah. Karena saat itu ia sangat optimis bahwa hasil becekan yang ia perolah akan sangat banyak karena selama hidupnya ia selalu rajin melaukan becekan di walimahnya orang lain. Berharap yang ia peroleh sebanyak yang mereka berikan sebelumnya. Tapi nyatanya apa yang ia terima dari hasil becekan/balasan dari orang lain sangat jauh dari apa yang ia bayangkan. Akibatnya ia tidak bisa mengendalikan modal pernikahan putrinya, yang ternyata ia perolah dari hasil meminjam...!

Yahh itulahh...tradisi yang harus segera diubah. Semua harus dimulai dari diri sendiri, dimulai dari keluarga.....!!

Dulu ketika kakekku masih hidup, keluargaku memang dikenal tidak mau mengikuti budaya 'slametan' yang itu sedang mengakar di masyarakat. Sampai pernah kakek itu dikucilkan dari masyarakat gara-gara dianggap tidak mau bermasyarakat cuma karena tidak mau ikut slametan. Tapi kini Alhamdulillahh......tradisi semacam itu sudah mulai hilang di masyarakat.....Artinya Alm kakekku tidak sia-sia berupaya merubah tradisi TBC di kampung halamanku.

Dan tentang tradisi becekan yang menurutku tidak sehat itu juga musti diubah. Pemberian hadiah kepada saudara itu tidak memerlukan imbalan, jadi harus ikhlas....
Adapun memberikan hadiah untuk saudaranya memang sangat dianjurkan dalam islam,

Hendaknya kamu saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian. (HR. Tirmidzi dan dan Ahmad)

Barangsiapa menerima kebaikan (pemberian) dari kawannya (saudaranya) tanpa diminta hendaklah diterima dan jangan dikembalikan. Sesungguhnya itu adalah rezeki yang disalurkan Allah untuknya. (HR. Al Hakim),

Budaya semacam becekan ini ini mustinya harus segera diubah, dan semuanya memang harus dimulai dari diri sendiri, dari keluarga sendiri...

"Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dhurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil-muttaqiena IMAAMAN" ...Amiiin Ya Robb

Tidak ada komentar: