Minggu, 24 Juli 2011

-secuil kisah masyarakat di kampungku- (part 1)


Siang itu tanpa direncanakan akhirnya aku duduk juga di bis rombongan menuju Ponorogo. Sekalian menghilangkan penat, berharap setelah pulang halaman nanti ku bisa mendapat pencerahan, membersihkan kotoran2 yang menempel di hepar...ck.ck...opo tho......(lagek mumet neng solo, menghadapi masalah sing gag penting blazz!!)

Di bangku baris ke tiga, aku dan bulek duduk bersebelahan. Asyik menikmati perjalanan sambil sesekali bercerita ngalor ngidul. Menanyakan studiku, kabar keluarga, kabar adik di ma'had, cerita mbak'ku yg uda mulai nyidam macem2 dan cerita masyarakat di kampung halamanku...

Sampai ketika perenunganku mulai muncul, saat bulek tengah bercerita tentang kondisi masyarakat di kampungku. Saat ini masyarakat di tempat kelahiranku sedang mengalami gagal panen. Puluhan hektar padi yang seharusnya bulan ini memasuki masa panen, tapi harus didahului oleh hama2 nakal yang tanpa dosa memanen padi2 mendahului para petani itu.

Aku memang asli anak desa, di kampungku sana mayoritas penduduknya adalah petani. Denyut kehidupan mereka bergantung pada panen yang biasanya dirayakan tiap 4 bulanan. Yang sebelumnya harus mereka lalui dengan kerja keras memeras keringat, berpanas-panasan, mulai shubuh hingga matahari kembali terbenam, mereka habiskan di sawah mereka.

Bahkan ada beberapa keluarga yang tidak mempunyai lahan, sehingga mereka harus beerja di lahan orang lain. Bayangkan ketika memang hanya sawah yang mereka andalkan untuk mencukupi ebuthan keluarga. Musim panen kali ini kebanyakan sawah sedang dilanda gagal panen akibat hama wereng. Aku tak bisa bayangkan apa yang akan mereka gunakan selanjutnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Belum lagi kerugian-kerugian yang mereka derita, tentu tidak sedikit. Biaya yang mereka keluarkan mulai dari proses pembajakan sawah hingga pemberian pupuk dan pengairan, pasti nominal yang besar, dan saat ini mungkin mahfudzot "man yazro' yahsud" secara denotasi sudah tidak lagi benar, karena nyatanya mereka menanam tapi tidak bisa menikmati hasil panennya, dan harus terpaksa merelakan hasil panennya untuk dimakan hama2 itu. Sungguh kasihan...

Padahal kan seharusnya masa panen itu seperti hari raya kedua bagi penduduk kampung. Masa panen adalah masa suka cita. Masa anak-anak kampung berbondong-bondong ke sawah dan berlomba menaikkan layang-layang terindah –ataupun bermain kelahi gulat di tumpukan jerami. Tapi kini yang dijumpai adalah raut-raut kesedihan dari para petani padi itu, dan mereka adalah para tetanggaku sendiri..! Ikut terhanyut dalam cerita bulekku di bagian ini......

Ingin rasanya segera kembali ke masyarakat, melakukan perubahan di desaku, .......dan tentu saja semampuku.
-----------------------------------------------------------------------
(Bersambung ya...)


Tidak ada komentar: